Sebenarnya saya
masih punya keinginan untuk mereview beberapa produk sih. Tapi mood-nya belum
dapat, padahal produknya sudah hampir habis, hahaha *gatau diri. Saya gini
banget nih, kalau kerjaannya nggak di-deadline, suka semaunya sendiri, mood-nya
nggak ngumpul-ngumpul. Kayaknya saya udah mabok deadline gara-gara dulu
kelamaan ngurusin reporter sama editornya Farma Pos deh #lari lari ketjil
Btw, ini
tulisan lama ya, dulu nulisnya juga di Note, saya hanya edit-edit sesuai gaya
menulis saya sekarang *yang ternyata berubah sekali. Daripada teronggok cuma
saya doang yang baca, saya share saja lah di sini. Tulisan ini terinspirasi
oleh tulisan di blognya Meta Hanindita sejak lama sekali. Saya lupa tahun
berapa, tapi coba search saja dengan keyword “Selingkuh” pasti ada karena memang
itu judulnya, hohoho *ditoyor.
Nggak ada
maksud apa-apa ya, sodara-sodara. Bacanya nggak usah sambil emosi, nggak usah
baper, dan kalian-kalian nggak usah penuh spekulasi. Ini bukan merujuk kepada
siapa-siapa. Woles, heee, woles! *jadi saya yang nggak nyantai :p
Gambar dari sini |
Setelah
membaca postingan Meta tersebut, jujur saja saya agak tertampar loh bacanya. Takut
secara tidak sadar pernah mendekat ke arah sana dan kemudian melukai pasangan
~.~ *sungkem sama suami
Oleh karena
itu, sejak berstatus istri orang, saya mulai berhati-hati berinteraksi dengan
lawan jenis. Entah itu ketika bertemu langsung, sosial media, messenger, atau
apapun jenis interaksinya. Suami saya bukan yang cemburuan sih, tapi setidaknya
menurut saya, cara saya bersikap juga menunjukkan cara saya menghormati dia
sebagai suami bukan? Selain itu, saya sendiri juga pasti tidak suka lah ya
melihat suami terlalu akrab dengan teman lawan jenisnya. Oleh karena itu,
karena saya tak suka diperlakukan demikian, sudah pasti saya tak mau
memperlakukan suami saya demikian kan?
Saya beruntung
karena sudah berteman cukup lama dengan suami sebelum akhirnya memutuskan untuk
bersama seperti sekarang. Kami sudah menjadi sahabat dekat sejak lama dan kami
merasa bahwa kami merasa nyaman untuk saling mengajak bicara. ini penting sih,
menurut saya, karena jangan sampai ada pihak lain yang merasa lebih nyaman
diajak bicara selain pasangan dan Tuhan.
Gambar dari sini |
Apalagi kalau
pihak lainnya ternyata lawan jenis, kemudian jadi rasanya lebih nyaman daripada
bicara dengan pasangan sendiri, kemudian ada rasa, kemudian.. kemudian.. ya..
begitu lah, sebagaimana ceritanya Si Mawar di tulisan Meta itu :(( Bagaimana
jadinya kalau kita lebih nyaman bicara asuransi kesehatan anak pada pihak
ketiga kan?
Lalu bagaimana
ketika kita sedang bermasalah dengan pasangan sementara sedang ingin meluapkan
segala perasaan? *cielah bahasamu, nak! Situ lupa sama Yang Maha Kuasa? Tapi
jangan cuma ingat waktu ada masalah ya, waktu lagi senang juga.. *nasihat diri
sendiri
Kesimpulannya
sih memang jaga hati, apalagi kita yang sudah terikat pernikahan. Yang tau
sebuah hubungan sudah kebablasan atau tidak sebenarnya ya hati kecil kita
sendiri kok. Meskipun dari luar kelihatan kita yang innocent atau tak bersalah, tapi hati kecil kita nggak bakalan
tenang kalau sudah mengkhianati orang. So, luruskan kembali niat sahabatan sama
lawan jenisnya ya.. :D
No comments:
Post a Comment