Ketika akhirnya menulis ini, saya masih terheran-heran bagaimana bisa ada orang seperti dia. Lagi-lagi, seorang teman kuliah yang saya bersyukur sekali pernah kenal dan bekerjasama dengannya dalam beberapa hal. Cara pandangnya terhadap kehidupan begitu positif dan begitu menginspirasi. Dulu saya pikir dia naif sekali dan terlalu baik pada orang lain yang bahkan sudah jelas-jelas bersikap tak baik padanya. Padahal seharusnya saya mencontoh dirinya yang tak suka mendendam dan berprasangka.
Mungkin
memang seperti inilah cara kehidupan bekerja. Saya tak perlu jauh-jauh
berkenalan dengan motivator ulung, karena dia ini –bersama dengan
tulisan-tulisannya- sudah mampu membuat saya termotivasi. Dia dengan energi
positifnya, dapat membuat saya ikut ketularan ingin seperti dia. Kami memang
tak seagama, tapi cara dia sangat melibatkan dan memasrahkan semua hasil usaha
pada Tuhan dalam setiap langkah hidupnya, membuat saya ikut termotivasi untuk
memiliki cara pandang yang sama –terhadap Tuhan saya sendiri tentu saja –
Saya sering
melihat foto-foto sederhana yang diambilnya tapi dengan caption penuh makna yang dituliskan di akun media sosialnya. Saya sering
membaca cuplikan pembicaraannya dengan ibunya yang menunjukkan dia dikarunia
keluarga yang sangat mencintainya dan sangat dia cintai. Saya bahkan pernah
ditunjukkan album foto kecil yang berisi foto rumah dan keluarganya yang selalu
dia bawa kemana-mana ketika kami berada dalam bus dalam acara pelatihan
pimpinan redaksi beberapa tahun yang lalu *ketika itu dia masih kos sendirian
di Surabaya*
Sebenarnya
kami bukanlah teman dekat. Selama 5 tahun kuliah seangkatan, saya hanya pernah
beberapa kali bekerjasama dengannya. Dalam organisasi pernah, kepanitiaan pun
beberapa kali, bahkan ketika tugas akhir, kami memiliki topik penelitian dengan
bahan aktif yang sama. Saya pernah ikut sedih begitu tau dia harus urung ikut Study Excursie angkatan kami karena
mengejar deadline proposal tugas akhir padahal dia adalah salah satu panitia..
:( Saya pernah menahan air mata melihat sidang tugas akhirnya ketika itu yang
sangat menegangkan karena dibumbui perdebatan antar sesama dosen. Ya…
sebenarnya dia pun pernah mengalami masa-masa sulit, tapi syukurlah semua itu
dapat dilalui dengan baik.
Sisi lain
yang saya kagumi darinya adalah kemampuan sosialisasinya. Entah ya, mungkin
karena saya sendiri kurang jago untuk hal semacam itu, saya sangat kagum pada
orang-orang yang bisa dengan mudah berteman dengan orang lain. Kakak kelas
banyak yang mengenalnya, banyak dosen yang memperhitungkan dirinya, bahkan
adik-adik kelas pun mengidolakannya. Saya pun sangat senang berteman dengannya
hingga saat ini.
Meskipun si
dia ini –ah elah Si Dia, udah kayak apa aja :p- gemar bersosialisasi dan
berorganisasi, jangan kira semangat belajarnya mlempem ya *itu mah penyakit saya*. Dia ini berhasil jadi Mawapres
juga lo. Bayangkan saja indeks prestasinya seberapa. Nilai-nilainya bagus
padahal kalau saya lihat kesibukannya berkali-kali lipat kesibukan saya saat
itu, ckckck.
Ngomong-ngomong,
saya jadi kangen dia nih. Terakhir kali kami bertemu kira-kira awal tahun lalu,
ketika dia main ke rumah kontrakan saya bersama beberapa adik kelas dan
membawakan hadiah pernikahan. Makasi banyak ya, Nca.. :)
Saya tak tau
sekarang dia berada di mana. Saya dengar dia sedang dalam usahanya mengejar
mimpi untuk belajar lagi. Di manapun dia berada, semoga segala usahanya
mendapat hasil yang terbaik dan membuat dirinya terus menginspirasi.
No comments:
Post a Comment