Kalian suka jalan-jalan nggak?
Saya biasa saja sih, nggak yang suka-suka amat.
Kalaupun jalan-jalan, saya juga sukanya jalan-jalan yang versi koper, bukan
yang ransel. Ngerti kan ya maksudnya? Jadi saya ini tipe Mbak-Mbak yang
jalan-jalannya nggak mau susah, hahaha. Maunya yang nginepnya di hotel, naik pesawat,
dan disupirin kemana-mana*yakaleee. Makanya pas hidup sama suami juga saya nggak mau susah. Please deh…
*iniapa *ditoyorAbang
Berhubung yaaaa itu tadi, saya nggak hobi-hobi amat jalan-jalan,
jadinya selama tinggal di Cikarang ini saya cuma beberapa kali jalan-jalan. Ke Kota
Tua, ke Ancol –dan beberapa isi di dalamnya-, dan yang terbaru ini ke Bandung.
Saya –akhirnya- ke Bandung setelah sekian lama berharap-harap ingin
sekali ke sana. Kali ini tak hanya berdua dengan Abang, tetapi tiga orang rekan
kami (Eggi, Lena, dan Mas Pandu) di kantor ikut jalan-jalan bersama kami. Saya yang
tak biasa pergi jauh naik motor, kali ini harus merasakan naik motor Cikarang–Bandung. Pertimbangannya adalah Bandung di musim liburan pasti macet luar
biasa, jadinya daripada bete karena tak leluasa kemana-mana, kami memutuskan
untuk bawa motor ke Bandung.
Rekan seperjalanan |
Sampai hari H pun sebenarnya kami belum punya tujuan akan pergi kemana
saja. Untuk saya yang seringnya well-planned, situasi begini agak gengges ya,
gaes. Tapi yasudahlah, rencana tetap harus berjalan. Toh kami punya 3 hari 2
malam untuk liburan, santai lhaaa…
Kami berangkat dari Cikarang sekitar pukul 06.30 pagi dengan rute
Cikarang-Karawang-Purwakarta-Subang-Lembang-Kota Bandung. Awalnya menurut Eggi,
kami bisa tiba di Lembang sekitar tengah hari. Tapi nyatanya, kami sering sekali
berhenti di tengah perjalanan, hahaha. Entah itu untuk isi bensin, menikmati
Sate Maranggi dan ketan bakar (?) di Situ Wanayasa, Purwakarta, atau sekedar
foto-foto tak jelas di daerah Cikole, Lembang. Saya terpesona sekali dengan
bukit-bukit dan kebun teh-nyaaa. Oiya kami juga sempat berhenti cukup lama
karena motor Eggi tetiba ngadat di Subang, hahaha. Untunglah ada bengkel dekat
situ ya, sekalian kami berteduh dari hujan juga.
Di bengkel sambil nunggu hujan |
Tempat yang kami kunjungi pertama kali adalah Farm House, Lembang.
Biaya masuknya Rp. 20.000,-/orang dan tiket masuknya dapat ditukar dengan sosis
bakar atau susu. Sosisnya enak!
Sesuai dugaan, Farm House sore itu juga penuh sekali. Saya sampai tak
bisa menikmati deh, meskipun sebenarnya berisi bangunan-bangunan lucu dan kebun
bunga yang cantik. Kita juga bisa sewa kostum ala-ala Eropa selama di sana.
Lucuuu… :3
Keluar dari Farm House, kami langsung menuju Bandung untuk mencari
penginapan. Macetnya bikin frustasi ya, kakaks. Padahal ini sudah naik motor. Apa
kabar kalau kami bawa mobil ke sana -___-“
Kami akhirnya menginap di penginapan yang sejujurnya saya lupa namanya,
hahahaha (failed!) Hanya Rp.
150.000,-/kamar yang maksimal diisi dua orang. Berhubung kami ada berlima, kami
menyewa Family Room yang harganya Rp. 400.000,-/ruangan. Terdiri dari dua kamar
dengan fasilitas televisi dan kursi di ruang tengah. Saya sekamar dengan Lena,
sementara kamar satu lagi diisi tiga orang lelaki lainnya. Awalnya saya agak
sangsi karena tak disediakan kipas angin atau AC. Tapi kemudian saya ingat, ini
kan udara Bandung ya, bukan Surabaya, hahaha. Airnya dingin sekali, saya jadi
ingat air mandi ketika di Kota Batu deh. Mas Pandu bahkan sampai tak berani
mandi malam itu karena takut kedinginan. Saya sih cuek saja ya, daripada tak
bisa tidur karena badan lengket, hahaha.
Oiya, di sini secara tak sengaja akhirnya saya bertemu dengan Nat, hahaha. Ternyata dia juga lagi di Bandung dan dalam kondisi belum nemu penginapan. Saya bawalah dia menginap di penginapan ini juga. Biasanya saat saya pulang ke Bangkalan, kami bahkan tak sempat ketemu, lha ini ternyata malah ketemu di Bandung. *keplakbahusiNat
Saya-nya disensor aja yeee wkwk |
Di hari berikutnya, Abang yang penasaran sekali dengan Gedung Sate,
mengajak kami semua ke sana sebelum menuju ke Alun-Alun Bandung. Kami sempat
berfoto-foto dengan bantuan Pak Sekuriti yang dengan ramah memotret kami dalam
berbagai pose, hohoho. Karena memang hanya ingin berfoto sebentar, kami
langsung melanjutkan perjalanan ke Museum Konferensi Asia Afrika dan Alun-Alun
Bandung yang juga berdekatan dengan Masjid Raya Kota Bandung sekalian menjadi
tempat para lelaki sholat Jumat. Sama seperti kemarin, suasana Bandung ramai
sekali, hiks T-T Sebenarnya tak masalah sih ya mau ramai seberapa, yang bikin
tak nyaman hanyalah sampah yang ditinggalkan wisatawan yang membuat beberapa
lokasi jadi kotor. PeEr banget ya masalah kebersihan ini di masyarakat kita.
Kami sempat mampir juga ke Balai Kota Bandung, ke tamannya itu sih,
yang ada tempat gembok cintanya itu, hihihi. Di sini juga ramai sekali. Tapi yang
menarik adalah saya menemukan beberapa komunitas Kpoper yang sedang latihan cover dance di sini. Keren!
Niat awalnya ke situ adalah siapa tau Bandros-nya jalan, eh ternyata cuma
parkir di situ. Setelah lama kemudian saya tau kalau ternyata memang Bandros-nya
sedang tak beroperasi karena belum dilengkapi dengan STNK (ha!)
Lagi cover dance :3 |
Malam harinya kami bingung mau makan di mana. Awalnya kami ingin ke
Richeese Factory di Jalan Sukajadi, tapi ternyata sedang renovasi,
saudara-saudara, hahaha. Jadilah kami melipir ke Nasi Goreng Mafia saja lah.
Saya memesan menu dengan level tidak pedas sama sekali, Lena pesan level 2,
Abang pesan level 3, dan Eggi pesan level 5. Saya lihat nasi mereka-mereka yang
bertabur cabe itu saja sudah ogah deh :D Mas Pandu kali ini tak ikut karena
sudah ada janji dan menginap di tempat temannya di dekat UPI (Universitas
Pendidikan Indonesia).
Ada banyak sekali kuliner unik Bandung yang bisa dicoba sebenarnya,
tapi lagi-lagi karena Bandung macetnya bukan main, kami cari yang dekat-dekat
penginapan saja.
Hari terakhir di Bandung saya sempatkan untuk berburu oleh-oleh khas
Bandung. Yang ingin dibeli adalah Gepuk dan Pisang Bolen, ahahaha. Ya maaf,
kami memang sukanya makan sih :p Saya ingin beli Batagor Kingsley juga tapi
ternyata lumayan jauh. Ya sudah, balik kucing aja deh. Tepat tengah hari kami
keluar dari penginapan dan memulai perjalanan pulang.
Perjalanan pulang diwarnai dengan hujan deras dan beberapa kali
tambal-menambal ban. Kali ini Eggi, sang penunjuk jalan kami, mengajak lewat
tengah kota Karawang, daerah asalnya. Ternyata keren juga, hahaha. Kalau dibandingkan
dengan Cikarang sih. Sepertinya Karawang beti-beti lah sama Sidoarjo, hahaha.
Saya baru benar-benar sampai rumah pukul 22.00 dengan kondisi sangat
lelah dan mengantuk. Meskipun banyak lokasi yang urung didatangi karena tak
cukup waktu, tenaga, duit dan pasti macet sekali, tapi saya tak kapok
tuh berkunjung ke Bandung. Saya suka sekali udaranya, suasananya, tata kotanya
juga cantik meski masih macet di mana-mana. Wajar sih, musim liburan begitu
pasti banyak orang dari luar kota yang berkunjung ke Bandung dan pasti membuat
padat lalu lintas. Sepulang dari Bandung saja saya dan suami sudah sepakat
untuk berkunjung kembali ke Bandung kapan-kapan. Siapa tau suatu saat bisa
menetap juga di sana kan ya? #eh :p
Yang belum pernah ke Bandung, yuk yuk..
ahh masa mudah jalan bareng kawan" bikin rindu masa kek gini, sayang udah berkeluarga dirumah mulu jadinya sekarang haha, nice share ^_^
ReplyDeletewww.leeviahan.com
hihihi makasi, Mbak ^^ saya malah pas ada suami baru pergi" kemana-mana
Delete