Tetiba ingatan kembali ke beberapa tahun yang lalu.
Ketika folio bergaris dan pulpen setia menemani sepanjang
hari. Ketika kuliah-rapat masih menjadi rutinitas, dan belajar sambil
menyelesaikan laporan tetap menjadi prioritas.
Saya hanyalah mahasiswa biasa ketika kuliah. Tinggal di kos
yang berjarak 10 menit berjalan kaki dari kampus, dibekali dengan netbook Acer putih dan modem Smartfren
yang selalu terisi kuota setiap bulan, tak pernah masak sendiri karena makanan
di kantin kampus sudah cukup bergizi dan warung tenda selalu buka di malam
hari.
Ketika kuliah, saya tak banyak sibuk dengan organisasi. Hanya
sempat aktif di salah satu divisi kampus, dan beberapa kepanitiaan untuk sekedar
mencari kesibukan saat bosan dengan struktur obat atau bentuk stomata tanaman. Berada
dalam organisasi dapat menjadi cerminan lingkungan sehari-hari. Ketika bahagia,
bisa jadi kita menganggapnya sebagai tempat yang paling kita cintai. Tapi ketika
banyak masalah, bisa saja kita menganggap tempat ini bagaikan neraka yang ingin
kita jauhi.
Sejauh ini, saya telah memperoleh teman dekat sekaligus
pernah kehilangan salah satu teman bicara karena organisasi. Sedih? Sangat!
Saya pernah merasa sangat diinginkan dalam organisasi, tapi
tak lama kemudian saya memperoleh fakta bahwa keberadaan saya di sana ternyata
tak penting-penting amat. Kecewa? Pasti!
Saya kehilangan teman yang sangat mempercayai saya, karena saya
lebih percaya pada orang lain yang sangat saya hormati di organisasi. Menyesal? Rasanya tak perlu saya jawab.
Fase-fase kehidupan ini mungkin tak akan saya lalui apabila
saya tak mengikuti organisasi atau kegiatan apapun. Meskipun rasanya sedih,
kecewa, menyesal, tapi toh saya tetap syukuri hingga sejauh ini. Dari situ saya
belajar bahwa kepercayaan adalah harga mati. Sekali berubah, tak akan bisa
diperbaiki lagi.
Hingga saat ini, pandangan sinis saya terhadap mereka-mereka
yang telah menyakiti ini mungkin masih sama. Mereka yang melihat potensi saya
sebelah mata, mereka yang senyam-senyum remeh melihat indeks prestasi saya,
mereka yang dengan teganya menghasut saya agar menjauhi sahabat saya, mereka
yang saya kira sedang memperjuangkan sesuatu yang baik untuk saya tapi ternyata…
;)
A very talented
backstabber, ha?
No comments:
Post a Comment