October 21, 2016

Inspiring People #6


Di zaman sekarang, peran perempuan sudah cukup terlihat di banyak bidang. Meski kasus kekerasan atau pelecehan terhadap perempuan masih marak terjadi, setidaknya kita sudah bisa bersyukur karena perempuan sudah dapat mengembangkan diri seluas mungkin. Termasuk berhak untuk mendapat pendidikan dan memilih karirnya sendiri.
Bicara tentang kisah perempuan sukses, mungkin beberapa dari kita akan langsung terbayang seorang Sri Mulyani atau mungkin Najwa Shihab. Yang lain lagi mungkin akan terbayang Angela Merkel yang seorang kanselir Jerman atau Hillary Clinton yang tengah berjuang merebut simpati Amerika dan menjauhkan Donald Trump dari politik Amerika. *saya nggak dukung Hillary juga sih, tapi mendingan, daripada Trump, pffffttt




Di mata saya, perempuan sukses tak melulu dilihat dari karir yang setinggi langit atau gelar panjang yang berderet di belakang nama. Perempuan yang sukses membangun keluarga dan mengantarkan kesuksesan untuk keluarganya juga layak disebut sukses. Tapi ketika melihat keduanya bisa berjalan beriringan, saya angkat topi untuk perempuan yang seperti ini.
Salah satu perempuan yang saya kagumi ada di anggota keluarga dekat. Saya biasa memanggilnya Ibu. Beliau adalah salah satu yang memacu semangat saya untuk menjadi seorang longlife learner. Saya sering mengingatnya sebagai contoh ketika semangat saya dalam belajar atau bekerja sedang mlempem. Kalau dibandingkan dengan Ibu yang harus menempuh Surabaya-Malang setiap hari, saya yang “hanya” perlu motoran 20-30 menit dari rumah ini sih masih enak. Ketika masih malas-malasan mandi, Ibu bahkan sudah harus naik bus. Ketika pulang pun tinggal pulang, tapi Ibu kadang masih harus terjebak macet padahal jam pulangnya juga mungkin tak jauh beda dengan saya.
Ibu bekerja di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) sebagai seorang peneliti. Kadang harus mengunjungi kebun di beberapa wilayah di Indonesia beberapa bulan sekali. Kadang ikut kongres ini itu ini itu, tiba-tiba saja sudah sampai di Jakarta atau Bogor untuk ke Kementerian sini situ dan presentasi, malah tiba-tiba cerita kalau bulan depan mau berangkat ke Brazil -____- Saya yang bahkan paspor saja belum punya ini mendadak merasa cemen sekali.
Pengetahuannya luas karena mungkin sudah kenyang pengalaman dan sering sampai ke tempat-tempat baru. Ketika bersama Ibu, saya jarang diam karena biasanya ribut bertanya dan penasaran dengan pengalaman dan perjalanannya. Banyak hal seru yang bisa digali dan cerita-ceritanya ini makin membuat saya termotivasi. Apalagi kalau sadar Ibu sudah S3, sekolahnya di Australia pula, sekarang bahkan sudah sampai dapat gelar profesor segala #ndempis di pojokan

Pola pikirnya ya sebagaimana ibu-ibu ya, kadang kontroversial, hahaha. Biasanya saya dan Arin yang akan menimpali komentar-komentar Ibu. Apalagi kalau sedang dalam perjalanan dan kami sedang banyak bahan yang bisa dipergunjingkan, wakakakak
Kalau dalam keluarga, tentu saja beliau adalah panutan anak-anaknya. Anak yang pertama sih mungkin agak "mbetik" ya, hahaha, tapi setidaknya dia berhasil lulus kuliah di Unair dan jadi apoteker kayak saya :p Anak yang kedua, masih kuliah di Unair juga dan nantinya setelah lulus akan bergelar dokter. Nanti mungkin di masa depan, saya geret saja untuk buka klinik di Cikarang. Siapa tau bakalan laku keras, hahaha.
Ibu selalu mengajak dan memotivasi untuk sekolah setinggi-tingginya. Selama ada kesempatan, ambil saja. Kalau belum dapat kesempatan, cari sampai dapat. Beliau selalu menekankan tak pernah ada ruginya sekolah, belajar, mengeksplorasi minat dan bakat selama semuanya ke arah yang positif, tak peduli dia laki-laki atau perempuan. Semuanya sama.
Anyway, kira-kira saat ini Ibu lagi di mana ya? Takutnya tiba-tiba kirim pesan whatsapp lalu bilang kalau sedang di Korea. Saya harus titip tanda tangannya Lee Joon Gi nih.
See you on the next post


No comments:

Post a Comment