October 28, 2016

Ex-Lover



Kali ini mau membahas topik yang agak sensitif untuk sebagian orang mungkin ya. Kalau buat saya dan suami sih biasa aja, hahaha. Perkara masa lalu sih kalau buat kami ya dibuat pelajaran aja. Diambil hikmahnya, dan diusahakan jangan sampai kembali jatuh ke lubang yang sama. *sok iyes banget bahasanyeee :p

Topik ini kami bahas sambil ayam-ayaman ngantuk dan mati gaya karena gerimis seharian di Cikarang. Kayaknya sih hampir di sebagian wilayah lain juga gerimis awet begini ya. Sepanjang hari sejak pagi dan baru berhenti ketika sore menjelang. Sepertinya memang sudah musimnya. Jangan lupa jaga kesehatan ya, teman-teman.

Sebagaimana yang sudah seringkali saya ceritakan di blog ini, saya dan suami sebelum menikah dulu adalah teman sekampus. Sekelas bahkan, hahaha. Kami kenal mulai tahun 2009, di awal-awal masuk kuliah, dengan perkenalan tak sengaja yaitu nagih duit fotokopian baceman. Ciyeeeeh… Kalau ada FTV yang butuh ide cerita, boleh sini pakai cerita saya :p

Meski awalnya hanya sekedar kenal, tak lama kemudian kami menjadi teman dekat. Tomy –nama suami saya– memang suka sok kenal sok deket gitu deh, maklum masih jomblo waktu itu, hwahahaha. Tapi berhubung emang orangnya asik dan baik, saya sih senang-senang saja dekat dengannya *apalagi sekarang, sukanya deket-deket mulu :p*

Meskipun bilangnya teman dekat, tapi kami tak sampai pacaran ketika itu. Saya masih berstatus punya pacar, dan Tomy masih belum move on dari gebetannya. Jadi pertemanan kami hanya sebatas cerita ngalor-ngidul dan saling curhat pasangan masing-masing sambil kadang saya numpang nebeng motornya kalau kami ada praktikum di kampus A.

Tomy tau banyak tentang mantan pacar saya dan saya juga tau hampir semua cerita lovey-dovey dia. Lha wong dia mau nembak cewek saja cerita juga sama saya kok, wakakakak. Ada beberapa gebetan dia yang saya nggak tau sih, karena waktu itu saya lagi kelewat sibuk dan jadi jarang cerita-cerita, tapi selebihnya, saya tau semuanya.

Setelah sekian lama berteman, kami baru benar-benar saling suka di akhir semester 7 dan lanjut ke jenjang yang lebih serius sekitar satu setengah tahun kemudian, setelah kami berdua lulus kuliah. Saya –dan mungkin Tomy juga– tak akan pernah menyangka kalau kami berdua akan berjodoh. Mungkin karena dulu memang Tomy bukan tipe saya banget, dan saya yang galak ini bukan tipe dia yang nggak bisa diatur banget, HAHAHA. Waktu dulu dia masih kayak bocah dan dandanannya nggak dewasa sama sekali -___- dia baru benar-benar keliatan serius dan nggantheng itu ya setelah semester-semester akhir.

Sekarang kami sudah dua tahun menikah. Kadang ngebahas-bahas mantan, ya dibuat guyonan doang, hahaha. Kami bahkan pernah membahas mantan-mantan ini ketika di mobil bersama Ibu dan Arin. Tapi ya santai aja sih, lha wong memang cuma iseng. Jadi kadang saya suka heran sama yang menganggap punya mantan itu sama dengan aib. Agak lebay, Seus. Makanya jangan kebanyakan piknik, banyakin baca buku juga. *hubungannya apa ya? :p*

Saya pernah punya pacar ketika SMP. Kayaknya semua teman SMP saya tau deh, mengingat mantan saya waktu itu fenomenal sekali. Suami juga pertama kali pacaran pas SMP. Tapi kayaknya nggak terkenal-terkenal banget kayak saya dulu, hahaha *jawilAbang

Suami perlu tau masa lalu kita nggak sih?

 Ya tergantung. Yang punya suami kan masing-masing ya, jadi gak bisa disamaratakan. Kalau suami saya, orangnya cuek. Dia sih gak nanya, tapi saya-nya yang ember banget cerita-cerita, hahaha. Kadang suka habis cerita trus nanya, “Abang dulu gimana?” hahaha. Jadi sebenarnya saya yang kepo, tapi mancingnya pakai cerita duluan XD

Mungkin ada yang menganggap mantan itu sesuatu yang nggak penting buat dibahas. Buat saya juga nggak sih. Apalagi buat suami saya, ahahaha. Tapi bukan berarti lalu saya bilang kalau pacar pertama saya adalah suami. Ya nggak gitu juga. Ketauan banget bohongnya :p *ditawur Feeling*

Ngomong-ngomong Feeling, di antara kami semua, yang pacar pertamanya lalu jadi suami itu si Kinta deh. Yang lainnya nggak ada, hahaha. Apalagi yang rese dan hore-hore macem saya dan Nat, hwakakakak. Gue doain lu cepet nemu yang sreg sama hati lu ya, Nat. *kecup si Nat*

Masa lalu bukan untuk dihindari. Masa lalu yang buruk sekalipun tetap punya nilainya sendiri. Paling tidak, dia mengajarkan bahwa kita di sini masih sanggup melewatinya dan masih sanggup untuk bertahan.

See you!

No comments:

Post a Comment