December 14, 2017

Kenapa Menikah?

Apalah ini nikah udah mau tiga tahun tapi baru nulis ginian sekarang, hahaha. Biarin yeee... suka-suka saya kan ini blog mau diisi apa. Kebetulan aja lagi heboh beritanya artis yang mau cerai itu, saya jadi tergerak untuk nulis ginian. 



Untuk kalian yang menikah karena impulsif, karena pikiran "teman-teman udah nikah, ya udah ayok nikah aja", saya tidak termasuk yang ini sih. Lha gimana mau mikir gitu, dari sekian banyak rekan seangkatan. baru ada beberapa aja kok yang nikah.

Tapi kalau ada yang menikah karena pikiran "ya udah lulus kuliah, pacaran udah lama, nunggu apa lagi. Nikah aja lah." Toss, saya masuk golongan itu, wkwkwk. 

Belum mikir nanti nikah gimana ya? Yang pegang duit siapa ya? Yang bayar cicilan siapa? Nanti mau tinggal di mana? mau punya anak berapa? Nanti kalau kerja, anaknya di mana? Kalau ribut nanti yang ngalah siapa? dan pikiran lain yang hampir semuanya baru kepikiran setelah benar-benar resmi menikah. Jadi sebenarnya ini siap nikah nggak seh? *ditoyor*

Tapi karena menikah muda *nikah di bawah umur 24/25 mah anggap aja muda yee, wkwkwk* saya dan suami merasa masih punya banyaaak waktu untuk berbenah. Jadi awal-awal ya kerjaannya masih main ke sana sini, hore-hore banget lah. Tinggal masih pindah-pindah juga ayok. Ke mana-mana motoran boleh, naik turun bus juga gapapa. Pokoknya berdua mah seneng aja udah.

Sampai akhirnya ada yang nanya, "Belum hamil?" 

Oh iya ya. Kok belum hamil sih? *gubrak*

Jujur saja, saya mungkin nggak nyadar-nyadar amat kalau ternyata rejeki yang satu itu belum mampir kalau saja nggak banyak yang resek nanya sama saya, hahaha. 

Biasanya sih diawali dengan komentar "Kok gendutan?" lalu dilanjutkan dengan nebak, "Hamil ya?" wow... bayangkan betapa tidak sopannya society sekitar saya, bhahahaha *semoga nggak nulari saya atau suami ya*

Saya lalu merenung.

Apakah yang menikah harus punya anak? Mungkin yang kayak saya ini memang mengusahakan sih, cuma belum rejekinya aja. Tapi kalau yang memang nggak pingin, gimana? Masyarakat akan memberi cap apa ya?

Nggak nikah-nikah salah, nikah belum punya anak salah juga, nanti punya anak, anaknya nggak keurus, salah juga. Lha gimana, dari awal aja mau nikah juga karena dipaksa kan? 

Pernah baca tulisannya blog Besok Siang yang tentang Mbak Ira Koesno?

Itu saya sampai merinding loh baca komentar-komentar orang tentang Mbak Ira yang sampai di usianya sekarang belum berumahtangga. Tapi Mbak Ira ini berdaya sekali, mandiri, punya karir dan pendidikan yang baik. Sepertinya juga nggak pernah bertingkah aneh-aneh. Hanya karena belum menikah, semua pencapaiannya jadi nggak masuk penilaian "orang yang bahagia" kah?

Saya geli juga sih membaca salah satu komentar yang bilang, "Jadi cewek jangan pinter-pinter, cowok jadi gak ada yang mau." hahaha segitu mindernya kah sampai sama cewek pinter aja nggak mau?

Ada juga yang bilang, "Percuma uang banyak, bisnis bagus. Berkumpul dengan suami dan anak lebih menenteramkan." oh yeah? yakin? siapa elo bisa menjamin kayak gitu? sementara di luar sana masih banyak kasus KDRT dan kekerasan terhadap anak. Saya penasaran juga sih, yang komentar kayak gitu itu hidupnya setenteram apa, kok sempat-sempatnya nyinyirin Mbak Ira kan ye?

***

Semakin ke sini, saya merasa cukup beruntung karena meskipun dulu nikah kesannya gara-gara kurang kerjaan aja, tapi hubungan saya, suami, dan keluarga kami berdua belum pernah bermasalah. Alhamdulillah ya *ala-ala Syahrini kw super*

Hubungan saya dan suami sendiri pun belum pernah bermasalah yang segitunya banget sih. Ribut-ribut heboh gitu jangan sampai lah ya. Palingan bete, diem-dieman, ntar bangun tidur, laper, ngajakin sarapan, trus ngobrol, lalu udahlah kayak gak ada apa-apa, wkwkwk

Jadi, kenapa menikah?


No comments:

Post a Comment