July 22, 2017

Tentang Review Negatif

Jadi sebelum blog ini jamuran kronis, saya merasa perlu banget update sesekali, hohoho.

Kemarin-kemarin suasananya masih kerasa libur lebaran gitu jadi males amat mau ngapa-ngapain, apalagi kan saya ngeblog biasanya dari pc karena ngeblog dari hape kok rasanya males ribet. Secara ngetik di keyboard gede kan lebih afdol rasanya πŸ˜₯πŸ˜ΆπŸ˜„

Tapi kali ini, saya ngeblog dari hape. Coba-coba sih, ternyata ya nggak repot-repot amat, hahaha #kemaneajeneng

Kendala pertama yang saya temui ketika coba-coba blog dari hape ini adalah belum terbiasa edit gambar dari hape. File-file gambar, font, dan aplikasi edit foto buat ngeblog semuanya ada di pc. Aplikasi di hape ya ada sih, lebih "serius" bahkan, cuman ya namanya aja belum biasa ya, Sis.

Mungkin nanti makin sering jadi makin jago. Mungkiiiin... πŸ˜‚

Nah karena postingan ini khusus untuk nyoba keefektifan ngeblog via hape, jadi isinya gini-gini aja dulu lah yaw.

Yang ingin saya ceritakan kali ini adalah tentang memberi review negatif. Maksudnya memberi review tentang sesuatu yang kebetulan setelah kita coba -atau kunjungi- ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Ya mungkin ada lhaaa yang memenuhi ekspektasi orang lain, toh memang selera orang kan gak sama ya.



Menulis review tentang kekecewaan terhadap sesuatu itu sebenarnya tidak sulit. Tapi sepertinya saya pilih menghindar saja sih kalau bisa. Atau kalau nggak, mention di twitter untuk kemudian berbalas DM (direct mention) dengan customer servicenya langsung.

Nah kebetulan beberapa hari lalu, ada salah seorang kakak kelas yang menghubungi saya dan menanyakan pendapat saya mengenai sebuah buku. Saya lihat, beliau juga posting pertanyaan yang sama di linimasa Facebook dan ada beberapa yang membalas.

By the way, buku yang dimaksud ini lagi happening banget. Harganya cukup mahal, mungkin karena banyak ilustrasi berwarna. Tapi sayangnya, meski baru baca sampelnya saja di Google Books, saya sadar bahwa saya kurang suka, hehehe

Itu sampe best seller lho. Masak kamu gak suka sih?

Iye, gue gak suka. Mau apa lo *kemudian disambit πŸ˜‚πŸ˜‚

Berhubung ditanya via chat personal, saya jadi lebih bebas menjawab tentang alasan kekurangsukaan saya itu. Dan -surprise surprise- beliau juga sepertinya kurang tertarik, hahaha. 

Sepertinya beliau sedang cari orang lain yang sama-sama kurang tertarik sama bukunya, wkwkwkwk. Yes, I stand by you, Mam..

Menurut saya, tak perlu memaksakan diri bilang bagus kalau memang biasa aja. Nggak usah ikut-ikutan suka kalau ternyata yaaa nggak suka-suka amat.

Sayangnya, kebanyakan orang lalu menilai yang kurang suka ini sebagai "orang yang tak bisa mengapresiasi". Lah?

Plis atuh, Mbak πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚
Lupa kali ya di dunia ini semua orang punya selera yang belum tentu sama.

Cara aman nanggepin orang kayak gini memang ya udah gak usah ditanggepin, hahaha. Karena percuma banget. Mau kita nyebutin alasan dari yang paling masuk akal sampe yang paling di luar nalar pun, mereka nggak akan terima. Jadi yawis lah. Bye

Anyway, menurut saya review negatif itu perlu karena bisa menjadi masukan yang membangun. Sehingga di next project/product bisa lebih baik dan tak mengulangi kekurangan yang terdahulu. Yang itu berarti, sah-sah aja kok menyampaikan review sesatu yang kurang berkenan untuk kita. Asalkan cara penyampaiannya sesuai dan tetap dengan sopan santun. *penting!*

Yaudah deh, sampai sini dulu aja ya hahaha. See you!


No comments:

Post a Comment