Akhirnya keturutan bikin postingan berdua suami,
hahaha. Sejujurnya, susah banget nemuin topik yang bisa dibahas berdua. Ini sih
masih komitmen bikin postingan sebulan sekali aja nyari topiknya susah, apalagi
seminggu sekali, wkwkwkwk *gak niat*
Topik yang umum saya bahas kan biasanya tentang hobi
atau tentang “mengambil hikmah” dari kasus-kasus yang lagi nge-trend
akhir-akhir ini. Nah topik-topik semacam ini nggak menarik sama sekali buat
suami saya, bhahaha. Agaknya suami saya memang nggak suka diajakin ghibah :p *benerin kerudung*
Jadi kali ini, topiknya adalah sepak bola, wakakakak.
Saya baca kalimat sebelum ini saja rasanya sudah pingin ketawa lagi. Tau apa
saya tentang sepak bola kan ya? Hahaha. Tapi ya demi menyukseskan gerakan
dukung suami rajin menulis, saya ikut saja laaah :D
Tapi tenang, saya nggak bakal keminter dengan mengulas ini itu tentang persepakbolaan. Nggak sama
sekali, soalnya saya nggak ngerti, hahaha. Printilan-printilan semacam itu bisa
kalian baca di blog suami saya (www.pratamatomy.blogspot.com) saja. Dia mengulas dengan lengkap di sana.
Mampir ya :D
Saya kurang begitu akrab dengan sepak bola. Keluarga
saya nggak ada yang jadi atlet *ya iyalah*, saya juga nggak punya saudara
laki-laki, jadi ya sudah atuh, mana tau ini itunya bal-balan kan ya.
Seingat saya, pertama kali saya tau sepak bola adalah
ketika Ayah mengajak saya ke alun-alun untuk beli balon sambil nonton
pertandingan antar kecamatan. Waktu itu saya masih kecil dan rumah saya masih
dekat dengan alun-alun kota, sehingga hampir tiap sore main ke sana bersama
Ayah atau Mama.
Tak lama berselang, pesta sepak bola sedunia, FIFA
World Cup 1998 (Piala Dunia ’98) yang bertempat di Perancis resmi digelar. Saya
baru kelas 2 SD tapi sudah sering diajak Ayah untuk nonton bareng di rumah
tetangga. Waktu itu rumah saya dijadikan base
camp nonton sinetron Tersanjung oleh ibu-ibu sehingga saya mengungsi saja
untuk ikutan nonton pertandingan bersama Ayah. Bukan berarti Bangkalan udik banget nggak punya tivi atau nggak
dialiri listrik ya, tapi karena waktu itu, listrik se-Madura memang sempat mati
total selama hampir 3 bulan. Lain kali saya ceritakan deh serunya peristiwa ini
*padahal nggak seru-seru amat* :p
Momen-nonton-piala-dunia-bareng-ayah ini berlanjut
hingga Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang dan Piala Dunia 2006 di Jerman.
Kebetulan banget kan ya pelaksanaannya selepas UN dan di sekolah tak ada agenda
apa-apa lagi –baca : nganggur nunggu pengumuman kelulusan- sehingga saya tak
dimarahi meskipun ikutan begadang. Padahal biasanya nonton tivi lewat jam 9 aja
sudah diusir-usir suruh masuk kamar :p
Ketika final Piala Dunia tahun 2002, saya dan Ayah
kecewa berat karena Jerman kalah, bhahaha. Tahun 2006 eeeh kalah lagi. Ya sudah
sih, belum rejekinya ya, Mas. Piala Dunia 2006 ini juga berkesan sekali untuk
saya karena sering nonton bareng teman-teman Feeling, sampai cari beritanya
juga di tabloid-tabloid, sering menonton highlight-nya setiap sore di SCTV,
momen yang bikin Dona Agnesia akhirnya jadian sama Darius Sinathrya *apeu :p*.
Saya nggak tau tuh memang lagi seneng-senengnya atau memang lagi kurang banget
kerjaan sehabis UN, wkwkwk. Padahal pacar saya waktu itu *eeaa!* nggak ngerti
bola, jadi boro-boro mau nonton bareng.
Maskot FIFA World Cup 1998 - 2014 |
Pengalaman menyenangkan bersama sepak bola lainnya
berlanjut ketika SMA. Di SMA 1 Bangkalan ada kegiatan tahunan bernama MSC
(Millenium Student Soccer Championship) –kalau salah tolong benerin :p- yang
hampir selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Jadi masing-masing kelas harus
punya tim sepak bola yang kemudian akan bertanding mewakili kelasnya.
Sejujurnya saya nggak ngarep kelas saya menang (of course! :p karena hanya X-1,
XI IA 1, dan XII IA 1 yang mengerti) tapi momen-momen MSC ini terlalu
menyenangkan untuk dilewatkan. Ya kapan lagi sekelas heboh menyiapkan kostum,
yel-yel, dan atribut yang akan dipakai ketika upacara pembukaan di alun-alun
kan? :D lha wong biasanya stres mikirin caranya biar ulangan nggak perlu
remidi, wkwkwk
Ketika SMA ini juga saya kenal teman-teman yang punya
jagoan klub-klub luar di liga besar Eropa. Sampai plat nomer saja dikasi
tulisan “The Reds” hahaha, ini biar apa ya, Pak Rio? :D Kadang sampai
eyel-eyelan *bahasa apa ini* atau taruhan traktiran bakso segala. Hmm… agaknya
ini salah satu dari sedikit momen menyenangkan waktu SMA yang bisa saya ingat
deh :)
Lanjut kuliah, saya jadi mengenal banyak teman yang
punya klub favorit. Kadang-kadang saya juga mengamati dari timeline Facebook
sih, dari berita bola yang mereka bagi-bagikan lengkap dengan mention dan caption yang kadang bikin ngakak. Saya bukan fans garis keras klub
tertentu sih, tapi lumayan ngerti juga ketika teman-teman ribut membahas hasil
pertandingan sambil ngenyek kalau ada
yang klub dukungannya kalah, wkwkwk. Tapi ya untunglah teman-teman saya bukan
fans alay yang sukanya jelek-jelekin klub lain seenak udelnya sendiri atau
lebay membangga-banggakan klub favoritnya. Untunglah mereka fans yang masih
waras, hahaha.
Waktu kuliah ini juga secara tak sengaja, saya sering
ngikuti berita klub yang sama dengan salah seorang teman sekelas. Jadinya
obrolan kami lumayan sering nyambung. Kebetulan juga saya punya pernak-pernik
dengan hiasan lambang klub itu karena yaaa saya suka aja, hahaha *yang berakhir
dengan mau diminta sama dia -___-“* Lama
berselang, dia akhirnya jadi pacar saya, dan naik pangkat jadi suami.
source : www.manutd.com |
Saya juga nggak tau sejak kapan ya sukanya, tapi tahun
2010 ketika Indah –adik kelas yang tinggal di sebelah kamar saya- masuk ke
kost-an, saya sudah suka, sehingga saya sering juga pergi nonton bareng ketika
pertandingan klub tersebut disiarkan. Biasanya nobar di KFC sambil pesan
Krusher *jadi kangen Indah dan motornya :’D*
Sekarang saya hidup seatap dengan suami yang suka
sepak bola. Pernak-pernik saya yang dulu diminta ya akhirnya jadi punya dia
juga. Kalau ada pertandingan yang ingin ditonton, kadang saya temani kalau
nggak ngantuk. Pernah banget ya nonton jam 2 pagi, niat nyetel alarm, hahaha.
Kadang suami juga suka cerita-cerita atau sharing
berita. Saya nggak merasa terganggu sih karena ya memang nggak mengganggu,
hahaha. Kadang malah nemu bahan untuk cerita-cerita sehabis capek pulang kerja.
Saya punya teman yang sering mengeluhkan suaminya
yang suka nonton bola dan dia merasa terganggu karena jadi ngerasa dicuekin.
Lah? :p Mungkin screening hobi masing-masing sebelum nikah boleh juga tuh
dimasukkan checklist, wkwkwk *topiknya jadi nyerempet marriage lageeeeh* :p
See you!
No comments:
Post a Comment