December 2, 2016

Monthly Insight : Bicara Sepak Bola

Akhirnya keturutan bikin postingan berdua suami, hahaha. Sejujurnya, susah banget nemuin topik yang bisa dibahas berdua. Ini sih masih komitmen bikin postingan sebulan sekali aja nyari topiknya susah, apalagi seminggu sekali, wkwkwkwk *gak niat*


Topik yang umum saya bahas kan biasanya tentang hobi atau tentang “mengambil hikmah” dari kasus-kasus yang lagi nge-trend akhir-akhir ini. Nah topik-topik semacam ini nggak menarik sama sekali buat suami saya, bhahaha. Agaknya suami saya memang nggak suka diajakin ghibah :p *benerin kerudung*

Jadi kali ini, topiknya adalah sepak bola, wakakakak. Saya baca kalimat sebelum ini saja rasanya sudah pingin ketawa lagi. Tau apa saya tentang sepak bola kan ya? Hahaha. Tapi ya demi menyukseskan gerakan dukung suami rajin menulis, saya ikut saja laaah :D

Tapi tenang, saya nggak bakal keminter dengan mengulas ini itu tentang persepakbolaan. Nggak sama sekali, soalnya saya nggak ngerti, hahaha. Printilan-printilan semacam itu bisa kalian baca di blog suami saya (www.pratamatomy.blogspot.com)  saja. Dia mengulas dengan lengkap di sana. Mampir ya :D

Saya kurang begitu akrab dengan sepak bola. Keluarga saya nggak ada yang jadi atlet *ya iyalah*, saya juga nggak punya saudara laki-laki, jadi ya sudah atuh, mana tau ini itunya bal-balan kan ya.



Seingat saya, pertama kali saya tau sepak bola adalah ketika Ayah mengajak saya ke alun-alun untuk beli balon sambil nonton pertandingan antar kecamatan. Waktu itu saya masih kecil dan rumah saya masih dekat dengan alun-alun kota, sehingga hampir tiap sore main ke sana bersama Ayah atau Mama.

Tak lama berselang, pesta sepak bola sedunia, FIFA World Cup 1998 (Piala Dunia ’98) yang bertempat di Perancis resmi digelar. Saya baru kelas 2 SD tapi sudah sering diajak Ayah untuk nonton bareng di rumah tetangga. Waktu itu rumah saya dijadikan base camp nonton sinetron Tersanjung oleh ibu-ibu sehingga saya mengungsi saja untuk ikutan nonton pertandingan bersama Ayah. Bukan berarti Bangkalan udik banget nggak punya tivi atau nggak dialiri listrik ya, tapi karena waktu itu, listrik se-Madura memang sempat mati total selama hampir 3 bulan. Lain kali saya ceritakan deh serunya peristiwa ini *padahal nggak seru-seru amat* :p



Momen-nonton-piala-dunia-bareng-ayah ini berlanjut hingga Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang dan Piala Dunia 2006 di Jerman. Kebetulan banget kan ya pelaksanaannya selepas UN dan di sekolah tak ada agenda apa-apa lagi –baca : nganggur nunggu pengumuman kelulusan- sehingga saya tak dimarahi meskipun ikutan begadang. Padahal biasanya nonton tivi lewat jam 9 aja sudah diusir-usir suruh masuk kamar :p

Ketika final Piala Dunia tahun 2002, saya dan Ayah kecewa berat karena Jerman kalah, bhahaha. Tahun 2006 eeeh kalah lagi. Ya sudah sih, belum rejekinya ya, Mas. Piala Dunia 2006 ini juga berkesan sekali untuk saya karena sering nonton bareng teman-teman Feeling, sampai cari beritanya juga di tabloid-tabloid, sering menonton highlight-nya setiap sore di SCTV, momen yang bikin Dona Agnesia akhirnya jadian sama Darius Sinathrya *apeu :p*. Saya nggak tau tuh memang lagi seneng-senengnya atau memang lagi kurang banget kerjaan sehabis UN, wkwkwk. Padahal pacar saya waktu itu *eeaa!* nggak ngerti bola, jadi boro-boro mau nonton bareng.

Maskot FIFA World Cup 1998 - 2014
Pengalaman menyenangkan bersama sepak bola lainnya berlanjut ketika SMA. Di SMA 1 Bangkalan ada kegiatan tahunan bernama MSC (Millenium Student Soccer Championship) –kalau salah tolong benerin :p- yang hampir selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Jadi masing-masing kelas harus punya tim sepak bola yang kemudian akan bertanding mewakili kelasnya. Sejujurnya saya nggak ngarep kelas saya menang (of course! :p karena hanya X-1, XI IA 1, dan XII IA 1 yang mengerti) tapi momen-momen MSC ini terlalu menyenangkan untuk dilewatkan. Ya kapan lagi sekelas heboh menyiapkan kostum, yel-yel, dan atribut yang akan dipakai ketika upacara pembukaan di alun-alun kan? :D lha wong biasanya stres mikirin caranya biar ulangan nggak perlu remidi, wkwkwk

Ketika SMA ini juga saya kenal teman-teman yang punya jagoan klub-klub luar di liga besar Eropa. Sampai plat nomer saja dikasi tulisan “The Reds” hahaha, ini biar apa ya, Pak Rio? :D Kadang sampai eyel-eyelan *bahasa apa ini* atau taruhan traktiran bakso segala. Hmm… agaknya ini salah satu dari sedikit momen menyenangkan waktu SMA yang bisa saya ingat deh :)



Lanjut kuliah, saya jadi mengenal banyak teman yang punya klub favorit. Kadang-kadang saya juga mengamati dari timeline Facebook sih, dari berita bola yang mereka bagi-bagikan lengkap dengan mention dan caption yang kadang bikin ngakak. Saya bukan fans garis keras klub tertentu sih, tapi lumayan ngerti juga ketika teman-teman ribut membahas hasil pertandingan sambil ngenyek kalau ada yang klub dukungannya kalah, wkwkwk. Tapi ya untunglah teman-teman saya bukan fans alay yang sukanya jelek-jelekin klub lain seenak udelnya sendiri atau lebay membangga-banggakan klub favoritnya. Untunglah mereka fans yang masih waras, hahaha.

Waktu kuliah ini juga secara tak sengaja, saya sering ngikuti berita klub yang sama dengan salah seorang teman sekelas. Jadinya obrolan kami lumayan sering nyambung. Kebetulan juga saya punya pernak-pernik dengan hiasan lambang klub itu karena yaaa saya suka aja, hahaha *yang berakhir dengan mau diminta sama dia -___-“*  Lama berselang, dia akhirnya jadi pacar saya, dan naik pangkat jadi suami.

source : www.manutd.com
Saya juga nggak tau sejak kapan ya sukanya, tapi tahun 2010 ketika Indah –adik kelas yang tinggal di sebelah kamar saya- masuk ke kost-an, saya sudah suka, sehingga saya sering juga pergi nonton bareng ketika pertandingan klub tersebut disiarkan. Biasanya nobar di KFC sambil pesan Krusher *jadi kangen Indah dan motornya :’D*

Sekarang saya hidup seatap dengan suami yang suka sepak bola. Pernak-pernik saya yang dulu diminta ya akhirnya jadi punya dia juga. Kalau ada pertandingan yang ingin ditonton, kadang saya temani kalau nggak ngantuk. Pernah banget ya nonton jam 2 pagi, niat nyetel alarm, hahaha. Kadang suami juga suka cerita-cerita atau sharing berita. Saya nggak merasa terganggu sih karena ya memang nggak mengganggu, hahaha. Kadang malah nemu bahan untuk cerita-cerita sehabis capek pulang kerja.

Saya punya teman yang sering mengeluhkan suaminya yang suka nonton bola dan dia merasa terganggu karena jadi ngerasa dicuekin. Lah? :p Mungkin screening hobi masing-masing sebelum nikah boleh juga tuh dimasukkan checklist, wkwkwk *topiknya jadi nyerempet marriage lageeeeh* :p

See you!


No comments:

Post a Comment