*throwback
jaman kuliah semester 4*
*dibuat sesuai dengan ingatan semata, pokoknya intinya
begini :p* #maksa
Ketika itu,
seorang dosen tamu dari Fakultas Kedokteran memberikan pertanyaan out of topic,
“Menurut kalian ni, yang cowok-cowok, kriteria apa yang harus dimiliki
perempuan untuk jadi istri kalian nanti?”
![]() |
gambar dari sini |
Seisi kelas
kemudian ramai oleh gumaman-gumaman tidak jelas lelaki perempuan yang entah apa
:p Tiba-tiba
terdengar jawaban seorang teman yang dengan lantangnya menjawab, “Pinter masak!”
dan langsung disambut riuh rendah dari teman-teman lain. Saya lupa kemudian apa
yang terjadi dengan teman saya itu, hahahaha.
Entah dia dibully oleh segerombol
lelaki penyamun (teman-teman saya maksudnya –red-) atau dia langsung dicacimaki
para wanita yang ada di sekitarnya yang belum pinter masak dan berarti tidak
masuk kriteria XD
Yang pasti
dia, ya si lelaki dengan kriteria istri pinter masak ini, masih hidup kok
sampai sekarang. ^^
*kembali ke
masa sekarang*
Sejak momen di
kelas itu, saya masih menjalani hidup dengan biasa-biasa saja kok. Menganggap
pendapat teman saya itu hanya lelucon yang tidak perlu saya seriusi sama
sekali, hahahaha. Saya tidak kemudian takut tidak ada yang mau menjadi suami saya. Tenaaaang... tidak seekstrim itu. :p
Saya memang belum pernah memasak apapun selain membuat mie instan, mengulek sambel, dan menggoreng
telur. Waktu jaman
Kuliah-Kerja-Nyata (KKN) pun saya hanya bertugas sebagai pendamping teman saya yang bertugas sebagai koki. Parah?
Iya, mungkin :)) Mama saya juga tidak pernah mengajari atau meminta saya belajar masak. Kalaupun
membantu, saya hanya diberi tugas mengupas dan memotong sayuran, memarut kelapa,
atau mencuci piring *deeeuuuuuh
Saya baru
benar-benar ingin belajar memasak ketika pada akhirnya saya harus Praktik Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di industri bagian barat Jawa. Lha… bukannya sama-sama ngekos
kayak di Surabaya? Hmm… iya sih. Tapi di tempat baru ini, kalau ingin makan
ayam penyet saja, harus naik motor dulu sampai keluar cluster -___-“
Oleh
karena itu, untuk mengantisipasi saya malas keluar kos *like I usually do :p*
maka saya bertekad untuk sedikit belajar memasak.
Hasilnya? Tidak
begitu mengecewakan sih. Setidaknya cukuplah kalau hanya untuk sarapan atau
makan malam lengkap dengan sayur. Kadang saya masih bertanya dan meminta resep
dari mama, atau browsing internet untuk mencoba membuat makanan baru. Saya
senang juga karena setiap makanan yang saya sajikan selalu dihabiskan oleh
suami. Yeeeaaaay… ^^/
Saya akui
practice makes perfect berlaku sekali untuk urusan masak memasak ini. Dari yang
awalnya masih ketar-ketir takut gosong, sekarang bisa multitasking sambil cuci
piring lah, menyiapkan tempat makan lah, atau kadang sambil curi-curi nonton
Tetangga Masa Gitu sementara ayamnya sudah di penggorengan :p
Memasak
memang bukan kriteria khusus, tapi tidak ada ruginya belajar memasak untuk yang
masih punya waktu luang. Ini menurut saya lhoooo… yang waktu luangnya masih –Alhamdulillah-
banyak sekali kalau hanya sekedar untuk memasakkan makanan untuk suami sepulang
bekerja. Lumayan irit juga untuk keuangan rumah tangga, hahahaha *agakpelit
*biarin :p
PS : Lelaki
teman saya yang menyebutkan kriteria pinter masak tadi itu akhirnya jadi suami
saya sekarang. Saya sudah masuk kriterianya kah? :p
No comments:
Post a Comment