December 7, 2014

The One

Tak ada yg tau bagaimana kuasa Tuhan bekerja. Tak ada. Begitupun saya, pasangan, hingga orang tua kami berdua. Siapa yg menyangka bahwa lelaki dengan isi dompet 20ribu itulah yg akan mengucap janji setia di depan ayah saya?
Siapa juga yg mengira bahwa teman berbagi cerita yg suka memanggil saya dg sebutan "Mbak" itulah yg akan menjadi teman berbagi sepanjang perjalanan saya berikutnya?

Sebelum ini, saya sudah pernah berjibaku dg perasaan unik bernama cinta. Sudah pernah pula saya dikecewakan karenanya. Kalau diingat" lagi rasanya, duuuh, saya trauma. Tapi saya mencoba membangunnya lagi ketika kesempatan itu datang.
Lelaki ini memilih saya, dan saya pun memilihnya.
Lelaki ini -insyaAllah- akan selalu mencintai saya, demikian juga saya yg akan selalu mencintainya.
Kami sering berbeda paham, kami pernah beradu pendapat.
Kalau ada orang lain yg melihat kami berdua, mungkin mereka yg justru akan putus asa :p
Tapi mungkin begitulah cara cinta bekerja.

Ketika saya disadarkan bahwa sebentar lagi saya akan mengecup tangannya sebelum pergi kemana-mana, dia yg akan menjadi imam saya, menjaga saya, menafkahi saya, dan menjaga keluarga baru kami, *mbrebes mili* saya takut belum bisa menjadi pasangan seperti yg diharapkannya.

Dulu saya pernah punya bayangan bahwa pasangan saya adalah lelaki yg pendiam, 2 atau 3 tahun lebih tua, menyukai seni, dan bukan apoteker.
Kenyataannya sekarang, pasangan saya bukanlah lelaki pendiam, dia suka bercerita tentang banyak hal seperti hal.nya saya *kadang hingga debat kusir nggak penting*, seumuran dg saya kurang lebih dua setengah bulan lebih tua drpd dia, suka menyanyi, suka olahraga, surprise surprise ternyata dia juga mendukung klub sepak bola yg sama dg saya dan yap...dia apoteker juga seperti saya :p

Ketika beberapa teman bertanya kenapa akhirnya yakin memilih lelaki ini, waaah...kenapa ya?  I dont know, and I dont care either :p
Ketika ada yg melihatnya bukan sebagai orang yg tepat, mungkin bolehlah saya bilang saya melihat apa yg tak bisa mereka lihat darinya.
Dia bisa menjadi pasangan saya, kakak saya, ayah saya, menjadi apa saja, dan itu membuat saya akan merasa menyesal apabila saya yg sudah beruntung dicintainya ini, tidak jatuh cinta juga padanya.

Dia adalah segalanya untuk saya.
Pelabuhan kapal terakhir untuk perasaan menggebu-gebu bernama cinta yg sebentar lagi akan kembali berlayar dg dia sebagai nakhodanya.
Untuk semua niat baik ini, semoga Tuhan kembali melancarkannya. Semoga semesta juga memberikan restunya. Semoga jalan pilihan ini akan semakin menguatkan kami berdua. Semoga.

No comments:

Post a Comment