Harta yang paling berharga adalah keluarga.
Hayooo…
siapa yang baca kutipan di atas sambil nyanyi? :D Hampir semua generasi 90an
mengenal kutipan ini. Sinetronnya pun booming sekali di jamannya. Tapi kali ini
saya bukan sedang ingin membahas sinetron. Kali ini saya kembali menulis
Inspiring People versi saya yang ketiga ^^
Sosok yang
menginspirasi saya kali ini pernah jadi lagi-lagi teman kuliah. Deeeuuuhh…
saya bersyukur sekali masuk Farmasi Unair karena dipertemukan dengan banyak
orang yang menginspirasi saya untuk jadi lebih baik. Yeeeaaay! :D *jadi ngelantur
Saya yakin
tidak banyak dari teman saya lainnya yang cukup dekat dan mengenal orang ini.
Saya beruntung sekali bisa menjadi salah satu yang dia percaya untuk bisa dekat
dengannya. Dari luar, orang ini terlihat sangat cuek, cenderung berantakan, jutek,
dan entahlah bagaimana saya mendeskripsikannya. Pokoknya ruwet dan kayak nggak bisa didekati gitu lo. Saya dulu curiga orang ini akan menerkam kalo saya dekat-dekat -____-“ *oke ini lebay
Tapi di balik sikapnya yang seakan tidak peduli itu, saya tau sekali bahwa dia adalah seorang yang sangat penyayang, mudah tersentuh, dan teramat sangat mudah mengalah #nyesss :’) Ya, dilarang menilai seseorang hanya dari luarnya saja ini memang benar sekali dan berlaku di mana-mana.
Tapi di balik sikapnya yang seakan tidak peduli itu, saya tau sekali bahwa dia adalah seorang yang sangat penyayang, mudah tersentuh, dan teramat sangat mudah mengalah #nyesss :’) Ya, dilarang menilai seseorang hanya dari luarnya saja ini memang benar sekali dan berlaku di mana-mana.
Saya memiliki
pengalaman menghabiskan waktu yang cukup lama di luar kota bersamanya. Dibandingkan
dengan saya yang setiap malam menye-menye kangen rumah dan sering sms mama, dia
datar-datar saja tuh. Sampai-sampai saya gemas sendiri dan menyuruh dia untuk
menghubungi keluarganya meski hanya untuk mengabarkan bahwa dia baik-baik saja.
Ketika saya terisak-isak bilang kangen rumah, dia malah menghibur saya. Hmm…
saya sempat berpikir bahwa segitu tidak dekatnya kah dia dengan keluarganya,
sampai-sampai bepergian jauh segini lamanya saja dia tidak kangen.
Ealah
ternyata… di hari kepulangan kami, ketika saya hanya “salim” dan mencium pipi
mama ayah, ketika saya hanya hahahehe dan kangen saya yang banget-banget itu terlihat biasa-biasa saja di depan keluarga saya, lain hal-nya dengan dia.. :D
Ketika dia
dijemput keluarganya, dia yang biasanya tidak pernah bilang kangen, tidak pernah
menye-menye, tidak mau menelepon ibunya *ini jangan ditiru* meski tetap dengan
wajah datar, dia langsung memeluk ibunya lamaaaa sekali. Saya ngapain? Berusaha
nahan terharu *cengeng XD* ternyata sebenarnya dia juga kangen toh? Ternyata sebenarnya
dia juga ingin cepat-cepat pulang dan bertemu keluarga toh? Ternyata… ternyata…
:’D mungkin terasa berlebihan ya cerita saya ini, tapi coba deh kalian jadi
saya yang kenal dekat sekali dengannya, coba kalian jadi saya yang nyuruh-nyuruh sampe gemes karena dia nggak menghubungi keluarganya, pasti penilaian kalian akan jadi
berubah banget :D
No comments:
Post a Comment