August 12, 2015

Me feat My Kitten

Beberapa orang yang kenal saya mungkin tahu kalau saya sangat menyukai binatang. Khususnya kucing. Entah kenapa saya selalu suka kucing mulai dari yang kecil sampai yang besar. Yang seukuran macan atau singa juga menurut saya lucu :3 itulah kenapa sampai sekarang pun saya masih memelihara kucing setelah tinggal berdua bersama suami.

Kucing yang saya dapat bukan dari hasil membeli di pet shop. Melainkan saya “angkut” dari tempat-tempat umum yang kebetulan saya dan suami singgahi. Terutama kucing kecil yang mengeong-ngeong dan terlihat sedih *apadeh* kemudian mengikuti langkah kaki kami, hmmmfffhht saya nggak tahan biasanya. Langsung angkut deh.
Untunglah pasangan saya tidak mempermasalahkan hal ini. Saat ini suami saya jadi ikut-ikutan suka kucing. Padahal kalau dari cerita ibunya, dulu dia takut kucing, hahaha. Beraninya hanya melihat dari jauh. Pernah ngelus-ngelus sebentar, takut-takut,  terus ngeloyor pergi. Hmm.. coba sekarang, kayaknya kucingnya deh yang takut dielus-elus dia. Ngelusnya lebay, kelewat gemes katanya… :p

Anyway, banyak yang bertanya, punya peliharaan gitu memangnya nggak repot?
Sebenarnya tidak juga sih. Memang dasarnya saya suka, jadi ya ribut-ribut sedikit gara-gara kucing sepertinya bukan masalah. Kadang sepulang kerja masih harus mampir pet shop karena makanan atau pasir untuk pup-nya habis. Kami juga harus memikirkan betul bagaimana suplai makanan dan air kucing-kucing ini ketika kami akan meninggalkan rumah dalam waktu lama. Pernah juga harus membawa salah satu kucing ke dokter hewan karena mogok makan. Sampai harus opname segala karena diinfus dan besoknya saya masih bekerja sehingga harus ada yang tetap berjaga dan meminumkan obatnya.

Ya, meskipun kucing-kucing yang saya pelihara ini hanya “kucing kampung” kalau kata orang. Tapi mereka yang menemani saya ketika sendirian, bertingkah lucu, dan menjadi hiburan gratis untuk kami, menurut saya wajar saja kalau kami harus menjaga mereka sebaik mungkin. Jadi kalau di luar sana ada yang beli peliharaan kemudian ditelantarkan begitu saja, saya miris. Demikian juga dengan para pemburu hewan-hewan langka atau yang menyiksa hewan sesuka hatinya. Ini yang binatang sebenarnya yang mana… :’( Saya tidak pernah berani membaca berita tentang penyiksaan hewan, perburuan, atau semacamnya karena pasti saya menangis sesenggukan dan merasa bersalah karena belum bisa berkontribusi untuk menjaga hewan-hewan yang rentan menjadi korban. Deeeuuh… harusnya saya jadi dokter hewan saja ya…

Ini dia sebagian kecil foto-foto kucing saya




Sehat terus ya, puuuus... :*

No comments:

Post a Comment