April 25, 2017

[Reflection] : Semua Orang (Bisa) Berubah


"Musim aja berganti, masa orang nggak?"

Ini adalah kutipan yang pernah saya dengar, entah siapa yang bilang, tapi yang pasti salah satu dari mereka yang saya kenal ketika di kampus. Yap, kampus membawa banyak perubahan pada diri saya. Bukan hanya karena kondisi yang mengharuskan saya hidup di kost dan berjauhan dengan orang tua, tetapi juga atmosfer kampus sendiri yang mau tak mau membuat saya harus selalu bisa beradaptasi.

Menjalani hidup sehari-hari sebagai mahasiswa Farmasi berarti harus siap dengan tangan yang pegal mengerjakan jurnal dan laporan praktikum. Bangun pagi setiap hari sambil menggendong tas dan menenteng tool box berisi pipet yang kadang ujungnya sudah pecah, atau sikat botol yang sudah tak jelas bentuknya. 

Untuk yang belum pernah tau sama sekali, mungkin tak bisa membayangkan. Ya... lihat saja Mama dan Ayah yang sampai saya hampir selesai mengerjakan skripsi pun masih suka heran kenapa saya harus lari-lari ke kampus, buka kunci lab, pasang alat yang baru bisa dibaca hasilnya 8 jam kemudian, lalu lanjut tidur lagi, karena masih ngantuk. Yap, #malyfe -____-"

Jadi ketika sekarang saya masih penasaran dengan cara kerja sebuah alat, senang mencari tau hasil interaksi sesuatu, mungkin itu juga salah satu manifes dari jadi anak Farmasi, hahahaha

Ketika di kampus, saya juga ditakdirkan untuk bertemu dengan banyak orang yang menginspirasi saya untuk jadi lebih baik. Saya bersyukur dulunya tak ditolak jadi reporter Farma Pos, karena kalau saya sampai tak lolos seleksi, saya tak tau mau ikut kegiatan apa, hohoho

Selain menjalin interaksi dengan rekan-rekan seangkatan maupun kakak angkatan, tentu saja saya harus berbaur dengan teman sekelas saya sendiri. Teman sekelas ini yang akan jadi teman seperjuangan selama 4 tahun. Mereka ini yang salah satu atau salah duanya akan menjadi partner diskusi ataupun rekan kerja kelompok saya.

Beberapa dari teman sekelas ini ada yang sudah saya kenal karena kebetulan sebelumnya sudah berkenalan atau merupakan rekan satu kelompok ketika orientasi kampus. Sisanya saya kenal karena kebetulan saya ditunjuk menjadi penanggung jawab pembayaran uang baceman di kelas sehingga mau tak mau, saya harus mendata mereka semua dan menyimpan nomer hapenya.

Dari sekian banyak mereka ini, ada beberapa yang dulu, ketika kuliah, kurang cocok dengan saya. Entah karena berbeda pola pikir, atau mungkin suka ngeyel, bisa jadi malah sok pintar, atau yaa... nyebelin aja gitu tingkahnya. Ada kan ya manusia jenis yang seperti ini? Atau ya memang nggak cocok aja sih. Mungkin merekanya juga yang nggak cocok karena saya keliatan jutek *padahal nggak*

Si teman saya yang terakhir ini, saat ini juga bekerja di industri. Saya sejak awal mengenalnya sebagai teman yang suka ngerepotin kalau kerja kelompok, kadang baru datang tapi ngajakin pulang duluan. Rempong lah pokoknya. Jadi saya tak bisa bayangkan, di tempat kerjanya sekarang ini, dia akan bagaimana ya?

Tapi belakangan, saya tau dia berubah. Entah benar-benar berubah atau nggak ya. Tapi postingan-postingan di media sosialnya tak lagi hanya sekedar pamer-pamer sedang makan di tempat hits. Berubah menjadi postingan yang positif. Dulunya hanya sekedar pamer-pamer hasil belanja-belenji, sekarang-sekarang penuh dengan motivasi. Ketika melihatnya, saya jadi ikut senang sekali. Sungguh. *kalau nggak, saya nggak akan membuat satu postingan khusus semacam ini kan ya*

Saya jadi disadarkan lagi bahwa manusia memang bisa berubah. Mungkin ada yang butuh waktu singkat, tapi tak jarang juga yang hingga bertahun-tahun. Ada yang sekedar saja langsung dapat hidayah, tapi ada juga yang harus "dicubit" dulu baru bisa tau diri. Macam-macam lah.

Semua orang bisa berubah. Bila bukan karena dirinya, mungkin karena keadaan yang menginginkannya.

Yang saya sayangkan, ada lagi yang setelah beberapa waktu berjalan, dia berubah ke arah tak lebih baik. Bukan teman kuliah sih memang. Saya terakhir berinteraksi dengannya saja jauuuuh sebelum kuliah. Entah kondisi macam apa yang membuat dia jadi berubah, karena dulunya yang saya tau, dia tak begitu. 

Dia berubah, tapi jadi lebih menyebalkan. Jadi sombong, merasa dirinya yang paling benar. Berubah menjadi penuh kebencian dan hawa negatif karena berita-berita tak tentu arah yang selalu di-amininya. 

Saya sedih karena waktu yang kita punya di dunia sudah makin berkurang. Kenapa sisa waktu yang kita punya itu tak kita manfaatkan menjadi waktu yang lebih baik dari yang lalu. Kenapa kita biarkan hal-hal yang negatif merusak citra diri kita yang baik dulu-dulunya itu? 

Semoga kita selalu mendapatkan petunjuk untuk berubah ke arah yang lebih baik. Karena semua orang pasti (bisa) berubah.

No comments:

Post a Comment