February 19, 2015

You Can!

Alhamdulillah…
Rasanya tidak jauh berbeda seperti ketika dinyatakan lulus sidang skripsi, seperti selepas mengucapkan sumpah apoteker, seperti setelah mendengar persetujuan dua keluarga untuk menggelar akad secepatnya.
Gambar dari sini
Rasa haru dan syukur yang seolah tiada habisnya.

Saya tidak percaya kebetulan yang terlalu indah. Ini mungkin adalah jawaban dari usaha dan doa. Bukan hanya doa kami, tapi juga orang tua yang mengalirkan doa tiada henti. Mereka juga adalah kunci sukses untuk kebahagiaan dan tawa yang untuk saat ini hanya bisa dibagi lewat suara dan tulisan saja.

Lelaki saya sudah pernah mengambil langkah berani dengan menikahi saya ketika bahkan kami baru bisa tidak membebani finansial keluarga selama beberapa bulan saja. Langkah yang mengundang banyak reaksi dari keluarga dan rekan-rekan sekitar. Kali ini, ia kembali berjalan sendiri, mengambil langkah lain yang lebih besar. Mengambil kesempatan yang awalnya ia sendiri ragu untuk mengambilnya. Ia tidak meminta pertimbangan siapapun selain kesediaan saya untuk mendukungnya.

Bayaran yang tinggi dengan bonus lumayan bukan satu-satunya standar. Kesempatan belajar, mengembangkan diri, dan menyerap ilmu adalah sebaik-baiknya alasan. Tapi untuk lelaki saya yang satu ini, kepercayaan dirinya yang akan terus meningkat, keyakinannya terhadap dirinya sendiri bahwa ia juga bisa, ia juga mampu, ia tidak ketinggalan langkah dibanding teman-temannya, adalah kebahagiaan tersendiri untuk saya yang sekarang mendampinginya. Saya menjadi saksi semangatnya yang menggebu akan pembuktian dirinya yang kesekian. Ya… lelaki saya ini, berjalan sebagai seorang yang tidak mengenal siapa-siapa, hanya memiliki saya seorang di tempat perantauannya, dan maju dengan bekal yang kami persiapkan berdua saja. Dan… dia bisa.

Alhamdulillah…

No comments:

Post a Comment